11 - AVAIBILITY DALAM SISTEM TENAGA LISTRIK

Topi Hijau
0

Avaibility atau ketersediaan dalam sistem tenaga listrik adalah kemampuan untuk menyediakan daya listrik kepada pengguna secara terus-menerus dan diharuskan andal tanpa adanya gangguan. Dalam konteks ketenagalistrikan ,avaibility biasanya digunakan untuk menilai andal atau tidaknya komponen. Tujuan adanya avaibility dalam system tenaga listrik adalah untuk memastikan agar listrik selalu tersedia kapan pun saat dibutuhkan , dengan gangguan sesedikit mungkin demi menunjang kehidupan masyarakat,dan industri. Ada beberapa metode yang digunakan. Seperti metod epengukuran avaibility, metode peningkatan avaibility,dll. Dari situ kita dapat mendapatkan hasil dari penelitian tersebut , yiatu tingkat avaibility system,factor penyebab menurunnya avibility,efektivitas metode peningkatan, dll. Dan kita dapat mengambil kesimpulan seberapa tingkat avibbility system ,apakah berada di bawah standar optimal atau tidak,kita bisa tau apa saja penyebab penuruna avibility,dll. 

PENDAHULUAN 

1.1 LATAR BELAKANG

Sistem tenaga listrik merupakan fasilitas,system yang sangat berguna bagi masyarakat yang menunjang di berbagai sektor kehidupan. Mulai dari rumah tangga , industry, hingga fasilitas public seperti rumah sakit. Ketersediaan (avaibility) tenaga listrikyang andal dan berkelanjutan menjadi syarat mutlak dalam menjaga stabilnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dalam pengaplikasiannya, system tenaga listrik tidak akan lepas dari adanya peluang gangguan. Baik yang berupa teknis dan non-teknis,yang menyebabkan adanya pemadaman listrik. Oleh karena itu, avaibility menjadi salah satu acuan dalam menilai keandalan suatu system tenaga listrik. Avaibility yang tinggi menunjukkan bahwa sitem mampu mnyediakan daya listrik secara konsisten dalam jangka waktu yang panjang . Sementara avaibility yang rendah menunjukkan sebaliknya. Penelitian terhadap ketersediaan system tenaga listrik bertujuan mengukur tingkat ketersediaannya daya, dan mengetahui faktor-faktor penyebab gangguan, serta mereview ulang lalu menganalisa strategi peningkatan kinerja system. Dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik dan semakin kompleks system kelistrikan modern , maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengatur avaibility. 

2.1 ISI 

 Avaibility sendiri bisa diartikan sebagai rasio waktu saat suatu system beroperasi dengan baik dibandingkan dengan total waktu yang direncanakan. Atau dapat dituliskan seperti berikut : π΄π‘£π‘Žπ‘–π‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘¦ (%) = ( π‘Šπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ π‘‚π‘π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘ π‘– π΄π‘˜π‘‘π‘’π‘Žπ‘™ π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ π‘Šπ‘Žπ‘˜π‘‘π‘’ ) × 100% Lalu faktor-faktor yang mempengaruhi avaibility : Pemeliharaan:Dimana waktu peralatan harusnya dimatikan untuk diservis akan mengurangi avaibility. Gangguan tidak terduga : seperti adanya kerusakan atau gangguan transmisi Kualitas peralatan : semakib baik peralatan , maka semakin tinggi pula nilai avaibility nya Sistem cadangan : SIstem cadangan bisa meingkatkan nilai avaibility secara keseluruhan. Sedangkan tingkat standarnya avaibility sendiri adalah seperti contoh PLN bisa mencapai lebih dari 99.99% dengan dukungan backup atau system cadangan. Seperti yang kita ketahui avaibility juga memiliki hubungan dengan Reliability(keandalan) dan Maintainability. Yang dimaksud dengan reliability adlaah seberapa jarang system mengalami gangguan. Sedangkan yang dimaksud dengan maintainability adalah seberapa cepat system bisa diperbaiki. Dari ini hubungan antara avaibility dengan reliability dan maintainability dapat ditulis sebagai berikut: π΄π‘£π‘Žπ‘–π‘π‘–π‘™π‘–π‘‘π‘¦ = 𝑀𝑇𝐡𝐹 𝑀𝑇𝐡𝐹+𝑀𝑇𝑇𝑅 Dimana MTBF adalah Mean Time Between Failure atau waktu rata-rata antar kegagalan . Sedangkan MTTR adalah Mean Time To Repair atau waktu rata-rata untuk memperbaiki. Beberapa metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :Metode analisis dan simulasi. Dimana metode ini menggunakan pendekatan Monte Carlo simulation,yaitu digunakan untuk mensimulasikan kejadian acak seperti kegagalan perlatan dan mengihtung probabilitas avaibility. Lalu juga ada metode SCADA atau Supervisory Control and Data Acquisition yang memungkinkan pemantauan kondisi system secara real-time atau secara langsung , dan dapat merespon otomatis terhadap gangguan , serta pengambilan keputusan dengan cepat untuk mempertahankan avaibility tinggi. 

3.1 SIMPULAN 

Dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat avaibility system tenaga listrik harus berada pada standar operasional. Beberapa faktor yang mempengaruhi adanya penurunan avaibility adalah kegagalan teknis pada peralatan utama , keterlambatan dalam melakukan pemeliharaan , tidak adanya system cadangan, dan gangguan operasional akibat kesalahan manusia. Penerapan metode seperti SCADA ,serta perencanaan pemeliharaan berbasis reliability termasuk efektif dalam meningkatkan avaibility . Dan pengukuran avaibility menggunakan MTBR dan MTTR memberikan gambaran kuantitatif yang jelas mengenai keandalan system . 

3.2 SARAN 

Menurut saya, saran agar melakukan peningkatan strategi pemeliharaan. Seperti menerapkan strategi preventive dan condition based maintenance secara konsisten dan terjadwal. Dan juga adanya penerapan system monitoring real-time atau secara langsung. Karena dengan penerapan system ini dapat membantu dalam mendeteksi adanya peluang gangguan lebih awal. Serta disarankan menggunakan system cadangan. Karena system cadangan akan meningkatkan kemampuan system untuk tetap beroperasi saat terjadi kegagalan pada system. 

3.3 Daftar Pustaka 

Suryani, A., & Prasetyo, D. (2019). Analisis Availability Pembangkit Listrik Tenaga Uap Menggunakan Metode MTBF dan MTTR. Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, 8(1), 45–52, Putra, H. R., & Ramadhan, M. R. (2021). Penerapan SCADA dalam Meningkatkan Reliability Sistem Distribusi 20 kV. Jurnal Energi dan Kelistrikan, 10(2), 87–95.

Post a Comment

0Comments

Post a Comment (0)